Puisi " Saluang Kenangan "
Terlihat masih indah bersahaja
Awan-awan jadi kelabu
Saatku sadar, aku harus pergi
Mengapa ia menangis ?
Padahal
aku tersenyum
Amak,
memang jika kita membuka buku
Pasti
nantinya akan menutup jua
Usap air mata, angin bawa hawa sedih
Burung-burung lebih mengerti perpisahan
Berkelana tinggalkan sarang
Bagai anak panah tinggalkan busurnya
Wasiat ayah ini, takkan ku lupa
Lantunan
saluang kan ku senandung sepanjang
Tapak
kaki ku melangkah
Tak
urung jua, ku harus tinggalkanmu
Dedaunan temani ku yang mengalir pada arus
Mata terpejam, mainkan saluang kenangan
Hingga sadar nafasku sesak tersengal-sengal
Batuan sajalah jadi sahabat raga ini
Ku harus berjalan terus menembus sawah
Lewati
lembah dan menyembah-Nya
Tak
akan ku lupa segalanya, ayah
Inilah
jalan seniku!
Telah 10 tahun, aku disini
Duduk memainkannya di tengah alun-alun
Kan ku jalani dengan sepenuh hati
Burung sampaikanlah kabar padanya
Tuhan, terserah pada-Mu
Aku
tetap tersenyum disini
Biarkan
waktu hapus aku
Hiasi
wajah metro dengan budaya ini
cipt. Khairul Jawad