The Great Success : Butuh Intervensi Allah
"Sooner or later you will need the help of Allah SWT to
succeed in your Business, social and family life. Why do not ask Him now in the
best way that pleased Him?" ( Nio Gwan Cung)
Mari kita mulai dengan 2(dua) buah cerita: pertama,
cerita yang terkait dengan strategi seorang tukang ojek mendapatkan penumpang;
kedua, cerita mengenai tiga orang ibu yang kebingungan untuk memilih
jilbab/kerudung yang akan dibelinya. Meskipun ceritanya berbeda, namun keduanya
mengandung inti pesan yang sama.
Cerita pertama, diawali oleh kepulangan Abdurrahman, seorang
karyawan sebuah bank syariah di bilangan Sudirman, Jakarta untuk sampai di
rumahnya di Bekasi Timur, Abdurrahman biasa naik Metro Mini hingga Komdak, dan
dari Komdak naik Patas AC menuju Bekasi Timur. Tetapi, ketika lelaki itu sudah
sampai di suatu kawasan di Bekasi Timur dan turun dari Patas AC tersebut,
ternyata ia masih harus naik ojek lagi ke rumahnya.
Seperti biasa, di pangkalan ojek, Abdurrahman melihat para
tukang ojek berderet menanti penumpang.
Dengan gaya marketing-nya,
masing-masing memberi tanda tertentu kepada Abdurrahman agar menaiki ojeknya.
Ada yang mengangkat-ngangkat helm, melambai-lambaikan tangan,
memanggil-manggilnya, ada juga yang memaju mundurkan motornya. Maklum, di
pangkalan tersebut belum ada pengaturan giliran atau sistim antri. Setiap tukang
ojek cenderung bersaing bebas satu sama lain.
Melihat kesungguhan mereka dalam mendapatkan penumpang,
Abdurrahman merasa terharu, sekaligus
kebingungan, ojek yang mana yang akan ia
pilih. Apalagi, para tukang ojek itu terlihat ramah-ramah. Namun tiba-tiba,
telepon genggam Abdurrahman berbunyi, istrinya mengabarkan bahwa anaknya yang
bungsu sakit dan harus segera dibawa ke dokter sambil memasukkan telepon
genggam ke kantong celananya, ia pun bergegas mengikuti langkah lakinya menuju
sebuah ojek yang berada di tengah bukan yang berada di barisan paling depan atau
paling belakang. Sebut saja ojek yang berada di tengah itu milik Abdurrazaq.
Pertanyaannya, siapa yang menggerakkan hati dan kaki
Abdurrahman untuk memilih ojek milik Abdurrazaq? Jawabnya, tanpa disadari oleh
Abdurrahman sendiri, Allah lah yang ":menggerakkan". Sore itu Abdurrahman adalah
washillah (perantara) rezekinya Abdurrazaq. Begitulah jika Allah berkehendak.
Cerita kedua, mengenai 3(tiga) orang ibu-sebut saja Neneng,
Ira, dan Reni - yang berada di Pasar tanah
Abang untuk membeli sejumlah kerudung/jilbab. Setelah tidak
kurang dari 2(dua) jam memilih kerudung di sejumlah toko yang dikunjunginya,
mereka kebingungan, kerudung mana yang akan dibeli. Sebab, ternyata, toko-toko
itu menjual kerudung yang jenisnya sama dan harganya pun tidak jauh berbeda.
Semuanya menawarkan discount, bahkan jika membeli dalam jumlah banyak
bisa kredit plus diantar ke rumah.
Setelah para ibu yang tampak "heboh" itu berunding dan
membandingkan harga kerudung di beberapa toko yang mereka datangi-sebut saja
toko milik" Abdul Mughni, Dadang, Joko, Sanusi, dan Yusrizal - akhirnya ketiga
ibu itu sepakat untuk membeli kerudung dari toko Abdul Mughni.
Pertanyaanya, siapa yang "menggerakkan" hati mereka untuk
memilih toko Abdul Mughni? Kenapa mereka tidak membeli kerudung yang toko yang
lain. Jawabannya, jelas Allah SWT Sang Pembagi Rezeki. Subhannallah.
Orang bisa berdalih, jika dia meninggalakan toko untuk sahalat
Zhuhur dan sedikit berdo'a dengan asma'ul husna, misalnya, dirinya akan
kehilangan pembeli selama beberapa menit. Anggapan ini sekilas tampak benar,
tetapi jika ditanyakan siapa yang berkuasa membuka kunci rezeki? Jawabannya
pasti Allah. Siapa pula yang menggerakkan hati pembeli untuk mengatakan, "Ok,
I decided to buy from this store?" (saya memutuskan untuk membeli dari toko
ini). Jawabannya adalah Allah Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).
Jika demikian, mengapa kita tidak memohon kepada Sang Pemilik
Kunci (Al-Fattah) untuk membukakan pintu rezeki seluas-luasnya. Hal ini
karena campur tangan Allah senantiasa berperan dalam setiap aktifitas kita,
termasuk dalam proses berbisnis dan berusaha.
Dan cerita di atas menggambarkan bahwa Allah Maha Berkehendak
(Al-Qadir) atas segala sesuatu. Kehendak-Nya, ditunjukkan dengan
cara-cara yang sering kali tidak disadari oleh manusia. Mari kita renungkan pula
contoh-contoh kasus di bawah ini:
· Bukankah setiap hari ribuan sales asuransi menawarkan
berbagai produk asuransi dari ratusan asuransi, tapi hanya satu atau dua yang
kita pilih?
· Bukankah setiap hari tender dilakukan dengan belasan atau
puluhan peserta, tetapi hanya satu yang menjadi pemenang?
· Bukankah berpuluh ribu calon mahasiswa yang mengikuti ujian
beasiswa ke luar negeri, tetapi hanya beberapa orang saja yang dapat kesempatan
?
· Begitulah jika Allah berkehendak.
Memaknai Allah yang Maha Berkehendak tidak boleh disikapi
dengan bermalas-malasan, atau menggantungkan begitu saja nasib kita pada-Nya
tanpa berikhtiar. Justru, kita harus sungguh-sungguh berusaha dan berdo'a agar
kesungguhan ini, "menggerakkan" kehendak Allah untuk mewujudkan harapn kita.
Dalam hal tertentu Allah "membutuhkan" alasan untuk menunjukkan
kehendak-Nya pada setiap hamba. Kesungguhan berikhtiar yang disertai memohon
kepada-Nya dapat menjadi "alasan" bagi Allah untuk mengabulkan keinginan kita
(melalui kehendak-Nya itu). Jika kesunggukan ikhtiar dan berdo'a itu belum atau
belum membuahkan hasil yang diharapakan (sesuai kehendak-Nya), Allah pasti
memiliki "alasan" tersendiri.
Yakinlah yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut
Allah. Tetapi yang baik menurut Allah, sudah pasti baikk bagi kita meskipun kita
sendiri belum /tidak menyadarinya. Karenanya, sikap sikap terbaik setelah
sunguh-sungguh berikhtiar dan berdo'a adalah bertawakal kepada-Nya.
Tugas kita sebagai orang yang beriman adalah berusaha (dan
berdo'a) ternyata masih belum cukup tanpa disertai perangkat untuk
mengefektifkan suatu upaya. Itulah sebabnya, dalam meraih keberhasilan di bidang
karir, usah dan bisnis termasuk membangun keluar sakinah (tentram), mawaddah
(penuh cinta), dan rahmah (kasih sayang), misalnya, diperlukan minimal 4 (empat)
hal yaitu:
1). Menetapkan strategi
2). Membekali diri dengan suatu keterampilan teknis atau
kompetensi
3). menuangkan startegi dan kompetensi tersebut dalam aksi
nyata
4) Adanya evaluasi dari waktu ke waktu demi kebaikan dan
pengembangan.
Nah, dengan mengoptimalkan kesungguhan upaya melalui keempat
hal diatas, serta diiringi dengan kualitas dan kuantitas permohonan kepada-Nya
(do'a), diharapakan intervensi Allah semakin besar dalam menentukan keberhasilan
upaya atau terkabulnya do'a kita.
Do'a seperti apakah yang mengundang intervensi Allah dalam
mewujudkan suatu keinginan, harapan, atau cita-cita?
Dalam berdo'a, asma'ul husna adalah tools (sarana) yang paling
mudah, praktis dan lengkap untuk mengundang intervensi Allah. Karena berbeda
dengan do'a-do'a lainnya, penyebutan Asma'ul Husna memiliki kelebihan dalam
mengundang "keterlibatan Allah" antara lain:
· Asma'ul Husna adalah nama-nama Allah yang indah dan luhur
seperti Ar-Rahman (Maha Penyayang) Ar-Rahim (Maha
Pengasih). allah menyuruh kita untuk bermunajat kepada-Nya menggunakan
nama-nama-Nya yang indah dan luhur.
· Asmaul Husna adalah cerminan dari sifat-sifat Allah yang
terpuji seperti As-Syakur ( Maha Berterima Kasih) As-Shabur ( Maha
Sabar) dan At-Tawwab ( Maha Penerima taubat). Dengan mngehayati asma'ul
husna, kita diminta untuk belajar berakhlak mulia dan berperilaku luhur.
· Asmau' Husna mengandung nama dan sifat-sifat Allah yang
memberikan perlindungan seperti Al-Qawwiyy (Maha Kuat), Al-Matin
(Maha Kokoh) Al - Jabbar (Maha Perkasa). Sehingga siapa pun yang
ditolongnya pasti akan merasa tentram terlindungi .
· Asma'ul Husna juga memungkinkan semua hamba untuk mengadukan
dan menyampaikan keluh kesah kepada Tuhannya karena Dialah
As-Sami' (Maha Mendengar), Al-Bashir (Maha Melihat ) dan
Al - Lathif ( Maha Lembut).
· Asmaul Husna juga mencakup sifat-sifat Allah yang harus
diteladani manusia meskipun dalam dimesni yang berbeda Allah bersifat
Al-'Alim (Maha Mengetahui ) yang mengisyaratkan agar hamba-Nya terus
menimba ilmu, menggali informasi, membaca, dan rajin ke seminar serta terus
meningkatkan kompetensi. Allah bersifat
Al'Wasi' (Maha Luas) yang memberikan dorongan kepada
hamba-Nya untuk berpandangan luas, berlapang dada dan tidak cepat menyerah
karena kesempatan dari Allah senantiasa terbentang luas.
Begitulah Allah menunjukkan "kebesaran" dan "kedudukan"-Nya
melalui sifat-sifat-Nya itu. Tidak disangsikan lagi, dorongan, kekuatan, adanya
tempat mengadu, jaminan, dukungan, dan karakter-karakter Allah yang mulia sangat
diperlukan sebagai landasan sikap dan mental bagi suksesnya perjuangan kita,
baik secara individu, organisasi, maupun masyarakat dan bangsaa. Dengan
demikian, berlandaskan asma'ul husna ini, minimal ada 5(lima) hal yang dapat
kita lakukan :
1). Mengenal Allah lebih dekat lagi melalui nama dan
sifat-sifat-Nya,
2). Memohon segala kebutuhan kita,
3). Mengadukan semua kesedihan dan keluh kesah
kehidupan,
4). Meminta Perlindungan dari segal kekhawatiran
dari bahaya,
5). Belajar untuk berakhlak mulia dan meneladani-Nya
serta berkarakter terpuji,
Share this post : |