Breaking News
Membaca adalah Pelita Ilmu Pengetahuan
Kamis, 16 Januari 2014

Khalid bin Walid Si Pedang Allah yang Terhunus

            Tiga Belas tahun setelah lahirnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam lahirlah seorang anak bernama Khalid bin Walid di Makkah dari sebuah keluarga kaya, mempunyai kedudukan tinggi dan kekuasaan besar. Bapaknya, Walid bin Mughirah adalah salah seorang pembesar Makkah. Oleh karena itu, Khalid bin Walid hidup dalam kemewahan, di masa kecil atau mudanya hanya menekuni keterampilan menaiki kuda dan berburu sehingga ia mempunyai keahlian pedang yang hebat.


http://khairuljawad.blogspot.com/2014/01/khalid-bin-walid-si-pedang-allah-yang.html
Ketika datangnya Islam di Makkah, Walid bin Mughirah menunjukkan permusuhannya terhadap Islam dan berusaha untuk menghancurkannya. Sedangkan anaknya, Khalid, lebih memusuhi Islam daripada Bapaknya.

Setelah hijrah Nabi dan kemenangan umat Islam atas kaum musyrikin pada perang Badr, kaum musyrikin Makkah berusaha untuk membalas kekalahannya pada perang Badr tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukan-pasukan berkuda dan berangkat ke suatu tempat yang bernama Uhud untuk memerangi umat Islam. Ketika kedua pasukan saling bertempur, maka kemenangan ada pada pihak umat Islam. Akan tetapi, ketika kaum muslimin melihat kaum musyrikin telah melarikan diri dan meninggalkan rampasan perang yang banyak, maka para pemanah umat Islam mengira bahwa perang telah selesai, sehingga mereka meninggalkan posko-poskonya yang berada di atas gunung sebelum diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan turun untuk mengumpulkan harta rampasan perang tersebut. Keadaan semacam ini dimanfaatkan oleh Khalid sehingga ia bersama pasukannya memutar kembali dengan mengitari gunung dan naik ke atasnya. Dengan demikian mereka dapat meyerang kaum muslimin  dari arah belakang dan kembali bertempur, maka tibalah saatnya kekalahan ada di pihak muslimimin.

Khalid bin Walid Masuk Islam
Khalid berkata, "Ketika Allah  menghendaki kebaijikan dalam diri saya, maka Dia membuang rasa benci kepada Islam dari hati saya sehingga tiba saatnya Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam keluar untuk menuju Hudaibiyah dan saya juga keluar dengan menaiki kuda. Kemudian saya bertemu dengan Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam berserta para sahabatnya di sebuah tempat bernama Asfan (dekat dengan Makkah), dan berhadapan dengannya, kemudian beliau melaksanakan shalat Zhuhur sebagai imam bersama para sahabatnya, ketika itu kami ingin menyerangnya akan tetapi kami tidak mampu untuk melakukannya, maka saya  mengambil sikap dan berkata, "Orang ini adalah terjaga", kemudian kami berpisah.

Kemudian pada tahun berikutnya Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam dan kaum muslimin masuk ke Makkah untuk melaksanakan umrah. Pada saat itu, saudara saya Walid telah masuk Islam dan ia meminta kepada saya untuk masuk Islam akan tetapi kami tidak sempat bertemu, maka ia menulis sebuah surat yang berbunyi:

Bismillahirahmanirrahim
Sesungguhnya saya tidak melihat sesuatu yang lebih aneh dari pendapatmu untuk meninggalkan Islam dan saya telah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam tentang dirimu, maka beliau menjawab, 'Apa perumpamaan Khalid yang tidak mengetahui Islam, jika ia menjadikan keberanian dan keahliannya untuk kepentingan kaum muslimin dalam melawan kaum musyrikin maka hal itu lebih baik baginya dan aku dahulukan dia daripada yang lain. "Setelah membaca surat tersebut, maka saya berniat untuk keluar dan bertambahlah kecintaanku terhadap Islam. Perkataan Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam itu membuat hatiku senang."
         
Maka Khalid keluar untuk memeluk Islam di Madinah, lalu mengajak temannya, Utsman bin Thalhah, dan ia mau maenerima ajakan tersebut. kemudian keduanya pergi keluar, dan di tengah jalan mereka bertemu dengan Amr bin 'Ash sehingga mereka bertiga bersama-sama pergi ke Madinah.

Khalid kemudian bertemu dengan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam dan mengucapkan syahadat dengan sebenar-benarnya di hadapan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam, maka beliau bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepadamu, sungguh aku telah melihat bahwa kamu mempunyai kepandaian yang aku harapkan agar kamu menggunakannya untuk kebijakan."

Khalid bin Walid Radhiyallahu 'Anhu berbaiat kepada Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam dan berkata, " Ya Rasulullah , mohon ampunlah (kepada Allah) untuk diri saya atas setiap usaha merintangi jalan Allah yang telah saya lakukan," kemudian Rasulullah bersabda, Islam (masuk Islam) menghapus (dosa-dosa) yang dilakukan sebelumnya," lalu Khalid berkata lagi,"Ya Rasululllah, bagi saya itu harus dilakukan." maka Rasulullah berdo'a, "Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid atas semua usaha yang dilakukannya dalam menghalangi jalan-Mu." 

Khalid Berjihad Bersama Rasulullah
Setelah dua bulan masuk Islam, maka Khalid keluar untuk berjuang untuk berjuang di jalan Allah bersama pasukan muslimin dalam memerangi bangsa Romawi. Pada saat itu terjadilah pertempuran antara 3000 umat Islam dan 200.000 bangsa Romawi yang berlangsung dengan dahsyatnya dan menyebabkan gugurnya tiga pemimpin umat Islam, sehingga keadaan menjadi sangat sulit. Oleh karena itu, kaum muslimin sepakat untuk menjadikan Khalid sebagai pimpinan mereka, kemudian ia mengangkat panji dan berangkat ke medan pertempuran dimana ia dengan kerasnya sehingga dapat membunuh sembilan orang.

Umat Islam terus bertempur sampai perang dihentikan karena suasana menjadi gelap. Pada malam harinya, Khalid mengadakan perubahan strategi pada barisan umat Islam dan memindahkan pasukan yang berada di sebelah kanan ke sebelah kiri, pasukan yang berada di sebelah kiri ke sebelah kanan, yang di depan berpindah ke belakang dan yang di belakang berpindah ke depan. Pagi harinya, ketika umat Islam melihat pasukan Romawi yang seakan-akan jumlahnya sangat banyak, hati mereka menjadi gelisah, maka Khalid menarik mundur pasukannya dari medan pertempuran, sebab dengan menerukan peperangan berarti suatu kehancuran bagi pasukannya. Sedangkan pasukan Romawi tidak membuntuti kaum muslimin karena mereka mengira bahwa masih ada sejumlah pasukan lainnya padahal itu sekedar tipuan saja.

Ketika Khalid dan pasukannya pulang ke Madinan dan Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam mengetahui kejadian tersebut, maka beliau merasa senang dan berdo'a, "Ya Allah, sesungguhnya dia (Khalid) adalah salah satu pedang dari sejumlah pedang-pedang-Mu, dan Engkau telah menolongnya." Mulai hari itu Khalid dijuluki dengan Saifullah al-Maslul (Pedang Allah yang Terhunus).

Pada waktu Rasulullah berniat untuk menyerang Makkah (Fathu Makkah), beliau menjadikan Khalid sebagai pimpinan pasukan sebelah kanan. Kemudian sebelum pasukan muslimin sampai ke Makkah, Akramah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah dan pasukan-pasukan berkuda Makkah lainnya berusaha untuk menghadang pasukan kaum muslimin, maka Khalid dan pasukannya maju untuk mengahadapi mereka sehingga terjadilah pertempuran yang meneyebabkan 12 orang dari pasukan Makkah terbunuh sedangkan sisanya melarikan diri.

Setelah kaum muslimin menyelesaikan Fathu Makkah tersebut, Rasulullah Shalallahu"alaihi wa Sallam mengutus Khalid untuk menghancurkan Uzza (patung terbesar kamu Arab), maka ia menghancurkannya sambil berkata,

"Wahai Uzza, engkau adalah sebab kekafiran dan tidaklah engkau suci,
 Sungguh aku melihat Allah telah menghinakanmu."
Kemudian Nabi juga mengutusnya untuk menghancurkan berhala Wud.

Setelah Nabi Muhammad Shalallahu"alaihi wa Sallam wafat, banyak orang Arab yang keluar dari Islam (murtad) yaitu mereka yang masuk Islam beberapa saat sebelum wafatnya Nabi, juga ada sebagian kelompok kecil yang enggan mengeluarkan zakat. Oleh karena itu, maka Abu Bakar Shiddiq, Khalifah Rasulullah, mengirim sejumlah pasukan untuk memerangi orang-orang murtad dan membaginya ke dalam sebelas kelompok dengan sebelas pemimpin pasukan, kemudian ia memberi tugas kepada Khalid untuk bertempur melawan tiga pasukan jika telah selesai yang satu, maka berpindah ke pasukan lainnya.

Khalid berhasil mengalahkan ketiga lawan tersebut, lawa pertama adalah Thulaihah Al-Asady yang mengaku seorang Nabi. Setelah berhasil mengalahkannya, ia berpindah untuk melawan Malik bin Nuwairah yang enggan menunaikan zakat, melarang adzan dan mengadakan perjanjian dengan Sajjah, sang pengaku nabi. Khalid berhasil membunuhnya, setelah itu ia ditugaskan untuk melawan Musaillammah al-Kadzdzab yang juga mengaku seorang nabi dan mengumpulkan sekitar 40.000 petarung utuk memerangi umat Islam dengan keras dan paksa agar mereka mau keluar dari agama Islam.

Ketika melihat jumlah tersebut Khalid berusaha untuk mengatur kembali barisan pasukannya dan memberikan semangat kepada mereka, kemudian umat Islam menyerbu kembali. Khalid mengetahui bahwa orang-orang murtad tidak akan mnyerah kecuali jika Musaillammah telah terbunuh, maka ia bergerak menuju Musaillammah diikuti oleh pasukannya. Sebelum Khalid sampai ke tempatnya, Musaillammah melarikan diri menuju sebuah taman, kemudian Khalid mengikutinya dan terjadilah pertempuran di taman tersebut. Dalam pertempuran itu, Abu Dajanah dan Wahsyi bin Harb berhasil membunuh Musaillammah Al-Kadzdzab setelah melewati pertempuran sengit yang menyebabkan gugurnya beberapa orang yang hapal Al-Qur'an. Sungguh Allah telah memeberikan kemenangan pada pihak kaum muslimin.

Khalid Memperluas Wilayah Sampai Ke Irak
Setelah kaum muslimin memperoleh kemenangan atas pasukan Musaillammmah Al-Kadzdzab, Abu Bakar kemudian mengutus Khalid agar mengerahkan pasukannya ke wilayah Irak untuk membantu pasukan Matsna bin Haritsah dalam memerangi kaum Persia. Sesampainya di Irak, Khalid berusaha agara pemimpin kaum Persia, Harmes merasa takut, maka ia melayangkan sebuah surat yang isinya tentang ajakan masuk Islam. Dalam surat itu ia berkata "Saya datang kepadamu dengan sejumlah pasukan yang cinta mati sebagaimana kamu mencintai kehidupan". ketika Harmes membaca surat tersebut, maka dirinya menjadi takut sehingga ia meminta kepada Kaisar Persia untuk mengirim pasukan bantuan. Kemudian terjadilah pertempuran anatara kedua pasukan tersebut dan menanglah kaum Muslimin yang dipimpin oleh Khalid.

Khalid Memperluas Wilayah Sampai Ke Syam
Setelah kemenangan Khalid yang berkali-kali atas Persia, Abu Bakar ingin memperkuat pasukan yang ditugaskan untuk melawan bangsa Romawi, oleh sebab itu ia memerintahkan kepada Khalid agar mengerahkan pasukannya menuju Syam untuk membantu pasukan Islam.

Kemudian Khalid pergi menuju Syam untuk membantu saudara-saudaranya sesama muslim. Untuk mempercepat waktu perjalanan  dan menyembunyikan diri dari pengawasan bangsa Romawi, maka Khalid membakar sebuah jalan yang dikenal dengan Thariq Al-Halaq (jalan yang rusak) yaitu sebuah jalan pegunungan yang sangat panas dan tidak ada air sedikit pun. Akhirnya Khalid sampai pada pasukan kaum muslimin yang terkumpul dalam sebuah tempat yaitu Yarmuk. Setelah sampai di tempat tersebut, Khalid mengusulkan kepada tiga pemimpin pasukan agar menyatukan pimpinan dan saling bergantian, dan mereka setuju. Pada hari pertama, pimpinan dipegang oleh Khalid, maka ia berdiri dan berpidato:

"Hari ini adalah hari suci Allah, oleh karena itu tidak dibolehkan untuk bersenang-senang dan bergembira, ikhlaskanlah jihadmu ini dan tunjukkanlah amalmu hanya untuk Allah."

Kemudian Khalid membagi pasukan dengan cara baru yang belum dikenal yaitu membagi pasukan ke dalam 40 kardus (satu kardus terdiri dari 1000 pasukan berkuda yang merupakan para pemberani kaum muslimin), lalu ia menempatkan Abu Ubaidah di posisi tengah, Amr bin 'Ash  di sebelah kanan, Yazid bin Abu Sufyan di sebelah kiri. Ia juga menempatkan Akramah bin Abu Jahal-yang masuk Islam pada saaat Fathu Makkah--sebagai pemimpin pasukan berani mati yang bertugas untuk membakar pasukan Romawi, menakut-nakti mereka dan membuat celah-celah dalam pasukan tersebut sehingga dapat membantu kaum Muslimin dalam menyerang mereka. Pasukan ini berhasil melaksanakan tugasnya dan mereka gugur setelah melaksanakan tugas tersebut. Kemudian terjadilah perang yang dipimpin oleh Khalid dimana umat Islam memperoleh kemenangan. Dengan demikian, agama Islam dapat berkembang di negeri Syam.

Pengunduran Diri Khalid
Pada tahun 13 Hijriah, Amirul Mukminin Umar bin Khattab menurunkan Khalid bin walid dari jabatannya, sebab Umar merasa khawatir jika suatu saat kaum Muslimin mengalami kekalahan setelah mendapatkan kemenangan yang berturut-turut. Umar telah menjelaskan  sebab tersebut kepada semua umat Islam dalam perkataanya, "Saya tidak menurunkan Khalid karena suatu kebencian atau khianat, akan tetapi manusia dapat celaka karenanya, dan saya khawatir jika masyarakat mewakilkan (kepemimpinan) kepadanya dan mereka kalah, sesungguhnya saya senang jika mereka tahu bahwa Allahlah Sang Pencipta dan mereka tidak membuat fitnah."

Khalifah Umar tidak hanya menurunkan Khalid, tepai juga pemimpin-pemimpin lainnya yang dikhawatirkan akan menyebabkan kekalahan bagi umat Islam seperti Matsna bin Haritsah, Mughirah bin Syu'bah dan sebagiannya.

Sikap Umar terhadap Khalid ini dijelaskan ketika Abu Lu'Luah mencacinya dengan berkata, "Jadikanlah ia khalifah," maka Umar menjawab, "Jika saya mengetahui Khalid bin Walid  dan saya  menjadikannya seorang wali, kemudian ketika saya menghadap Allah maka Dia menanyakan, "Siapa yang kamu jadikan Khalifah (pemimpin) umat Muhammad?" Maka saya menjawab, 'Saya mendengar hamba dan Rasul-Mu bersabda,"Khalid bin Walid, pedang Allah yang dihunuskan untuk melawan kaum musyrikin."

Khalid Wafat
Pada tahun 21 Hijriah, Khalid bin Walid wafat di kota Hamsh (di negeri Syam) setelah ia menyaksikan bahwa Islam tersebar ke berbagai daerah seperti Jazirah Arab, Syam, Irak, Yaman, Mesir, dan lain sebgagiannya.

Sebelum meninggal dunia Khalid sempat berkata,
"Saya menyaksikan ini dan ini telah merangkak, dan tidak ada dalam badanku satu jengakl pun kecuali ada goresan pedang atau tusukan panah, dan sekarang saya mati dengan wajar sepertin layaknya seekor unta mati, dan mata orang-orang pengecut tidak pernah tidur."

 Pelajaran yang Dapat Diambil

Jangan ragu-ragu dalam mengucapkan dan berbuat kebenaran (Hali ini diintisarikan dari kejadian ketika Khalid ragu untuk masuk Islam).

Memohon ampunan kepada Allah (ketika Khalid meminta kepada Rasul agar beliau memohonkan ampunan untuknya).

Orang muslim adalah berani dan kuat (ketika terjadi pertempuran-pertempuran).

Orang muslim harus bersikap lembut kepada orang yang tua dan lemah (ketika Khalid memberikan keringanan kepada orang yang tidak dapat membayar jizyah).

Ingatlah kepada Allah pada waktu menghadapi kesulitan (ketika ia berkhutbah di depan kaum muslimin sebelum bertempur agar mereka mengingat Allah).

Berusaha untuk menanamkan rasa takut dalam diri musuh-musuh Allah dan tidak boleh  takut kepada mereka (keyika ia berkata pada Harmes: Saya datang dengan sejumlah pasukan yang cinta kematian sebagaiamana kamu mencintai kehidupan).

Kemenangan berasal dari Allah dan bukan dari pemimpin atau yang berani atau cerdik (ketika Khalid diturunkan dari tampuk pimpinan).

Orang yang berani dan kuat harus mematuhi pimpinan atau yang lebih tua (ketika khalid melaksanakan keputusan Umar).

Selalu berharap agar mati di jalan Allah ( diintisarikan  dari sikapnya ketika di medan pertempuran dan menjelang kematiannya).
 
Comments
0 Comments

0 Komentar:

Posting Komentar

Leave A Reply

Copyright © 2012 Seputar Pendidikan Kita.com All Right Reserved
Designed by CBTblogger
http://www.freesearchenginesubmission.infocliquez pour infos