Makalah Psikologi Pendidikan : "Underachiever Dalam Belajar"
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran, beberapa guru dihadapkan pada
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajar secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
tidak sedikit siswa yang justru mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar
siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar,
dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Kesulitan belajar
siswa dapat menyebabkan prestasi belajar terganggu, nilai yang ditetapkan guru
tidak dapat dicapai dengan baik oleh siswa.
Salah satu jenis kesulitan atau masalah belajar yang sering
dialami oleh siswa adalah underachiever atau keadaan dimana prestasi yang
diperoleh siswa tersebut di bawah tingkat kecerdasan atau IQ yang dimilikinya.
Meskipun underachiever merupakan salah satu jenis masalah
belajar yang sering dialami siswa, tetapi ternyata masih banyak yang belum
memahami sebenarnya apa yang dimaksud dengan underachiever.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan
pembaca dapat memperoleh wawasan baru mengenai underachiever, bagaimana
ciri-ciri anak yang mengalami underachiever, apa saja faktor yang menyebabkan
anak mengalami masalah ini, serta bagaimana cara penanganan maupun
pencegahannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN UNDERACHIEVER
Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah
dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Menurut Prayitno dan Amti
(1999:280) underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti
bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.” Rimm (dalam Del Siegle &
McCoah, 2008) menyatakan bahwa ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka
ia termasuk Underachiever. Siswa yangUnderachiever seringkali
salah dinilai sebagai siswa berkesulitan belajar (McCall et al, 1992; Ross, 1995
dalam Peters & Boxtel, 1999). Reis dan McMoach (2000 dalam Robinson, 2006)
mendifinisikan underachievement sebagai kesenjangan akut antara potensi
prestasi (expected achievement) dan prestasi yang diraih (actual
achievement).
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai underachiever,
kesenjangan antara potensi dan prestasi tersebut bukan merupakan hasil diagnosa
kesulitan belajar (learning disability) dan terjadi secara menetap pada
periode yang panjang (Robinson, 2006). Underachiever ini juga tidak
dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal menjelang remaja.
Saat ini belum ada metode yang tepat yang dapat digunakan
psikolog pendidikan untuk mengidentifikasi underachiever (Ross dalam
Peters & VanBoxtel, 1999). Secara operasional, underachievement dapat
didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang
diperoleh siswa di sekolah (Peters & VanBoxtel, 1999).
Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar sering menjadi
penghambat anak dalam belajar. Artinya, jika di dalam diri siswa kurang memiliki
motivasi berprestasi bisa jadi ia akan menjadi anak underachiever.
B. CIRI – CIRI UNDERACHIEVER
Karakteristik utama yang dihubungkan dengan anak
underachieveradalah rendahnya self-esteem (Preckle & Vock,
2006; Trevallion, 2008). Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh Butler-Por;
McCall, Evahn & Kratzer (dalam Adams, 1997) yang menyatakan bahwa salah satu
karakteristik kepribadian siswa underachiever adalah rendahnya konsep
diri. Siswa biasanya menutupi ini dengan mengembangkan mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism) seperti bertindak agresif ataupun membuat
keributan/lelucon di kelas.
Karakteristik sekunder yaitu biasanya mereka
memperlihatkan perilaku menghindar. Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di
sekolah tidak relevan atau tidak penting karena itu mereka biasanya lebih
tertarik kegiatan selain kegiatan sekolah.
2
Kaufman (dalam Trevallion, 2008) menyatakan bahwa karakteristik
ini tampil dalam dua arah yaitu agresif atau menghindar. Mereka juga akan
memperlihatkan ketergantungan seperti tergantung pada orang lain untuk
menyelesaikan tugasnya.
Karakteristik tersier siswa underachiever antara
lain buruknya keahlian dalam tugas-tugas sekolah, kebiasaan belajar yang buruk,
memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam
aktivitas sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah,
mudah bosan, “meninggalkan” kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral
yang baik, tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk
dengan pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri,
mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, suka bercanda di kelas (membuat
keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berperilaku yang tidak
biasa.
Ciri ciri umum anak
underachiever ialah:
· Memiliki self esteem yang rendah, kurang merasa
berharga untuk tampil diantara teman-teman atau keluarganya
· Memiliki konsep diri yang tidak realistis, kadang merasa
sebagai anak yang gagal atau tidak berguna
· Menghindari komunikasi, menghindari risiko, tidak berdaya
(menunggu diajak orang lain)
· Pasif, taat hanya sekedarnya saja
· Agresif, memberontak
· Menolak perintah atau instruksi dari tokoh otoritas
(orangtua, guru dan lain-lain)
· Menyalahkan orang lain kalau ada masalah
· Kurang konstruktif dalam kelompok
· Tidak punya tokoh identifikasi, tidak punya teman dekat
· Kurang fleksibel, sering ‘mentok’, kreativitas rendah
· IQ lebih tinggi dari prestasi dan prestasinya inkonsisten:
kadang bagus, kadang tidak
· Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah
· Takut gagal (atau sukses) dan menghadapi ulangan.
· Tidak punya inisiatif, malas, bahkan depresi.
Perilaku yang mereka tunjukkan di sekolah, antara lain:
· Bersikap negatif terhadap sekolah
· Berkata kalau ia bosan belajar
· Tugas-tugasnya tidak selesai
· Tidak pernah puas dengan hasil kerjanya (perfeksionis)
· Mudah terganggu konsentrasinya
· Mempunyai masalah disiplin – berkeliling kelas, terlambat,
mengganggu kelas
· Menyalahkan guru atau teman kalau ada masalah
· Prestasi akademiknya rendah
· Tidak punyai target, ambisinya kurang
3
C. KKRITERIA UNDERACHIEVER
Pengklasifikasian IQ dalam penelitian ini berdasarkan pada tes
intelegensi ”Wechsler Intelligence Scale for Children” yang sering
dikenal tes intelegensi WISC. Tes intelegensi ini merupakan perkembangan dari
tes integensi ”Wechsler Bellevue Intelligence Scale yang diciptakan David
Wechsler pada tahun 1939. Distribusi IQ yang gunakan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Seseorang yang mengalami underachievement pada
umumnya menunjukan karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai karakteristik underachiever.
Menurut Clark (1992: 471) ada beberapa karakeristik yang
ditunjukan siswa underachiever, yaitu sebagai berikut:
1. Menunjukan prestasi yang berlawanan dengan harapan atau
potensi yang dimilikinya.
2. Merasa tidak senang dengan sekolah atau gurunya dan
cenderung bergabung dengan teman yang juga memiliki sikap negatif terhadap
sekolah.
3. Kurang termotivasi untuk belajar, tidak mengerjakan tugas,
sering mengantuk ketika belajar dan tidak tuntas dalam mengerjakan tugas.
4. Kurang mampu melakukan penyesuaian intelektual.
5. Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut di
kelas.
6. Memiliki disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan
mengerjakan tugas, sering ribut, dan mudah terpengaruh.
7. Tidak memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan untuk
mengisi waktu luang.
8. Takut ujian dan berprestasi rendah.
4
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kriteria utama dari underachiever yaitu adanya kesenjangan antara
prestasi dengan kemampuan IQ. Prestasi belajar yang diperoleh secara nyata
berada di bawah standar minimal yang seharusnya dicapai dengan tingkat IQ
tertentu. Selain itu underachiever menunjukan karakter pribadi yang
cenderung perfectionis, terlalu sensitif, kurang percaya diri, dan kurang
berminat terhadap aktifitas sosial.Underachiever lebih senang melakukan
kegiatan sendiri daripada berkelompok. Berkaitan dengan kegiatannya di sekolah,
underachievermenunjukan sikap negatif terhadap kegiatan sekolah. Kurang
konsentrasi ketika belajar, menghindari pekerjaan sekolah, disiplin rendah, dan
kurang berminat dengan kegiatan yang diselenggarakan sekolah merupakan beberapa
karakteristik underachiever jika dilihat dari sudut pandang
sekolah.
D. PENYEBAB UNDERACHIEVER
Butler-Por (dalam oxfordbrooks.ac.uk, 2006) menyatakan
bahwaunderachievement bukan disebabkan karena ketidakmampuan untuk
melakukan sesuatu dengan lebih baik, tetapi karena pilihan-pilihan yang
dilakukan dengan sadar atau tidak sadar. Pernyataan ini dijelaskan oleh
penelitian McClelland, Yewchuk dan Mulcahy (dalam oxfordbrooks.ac.uk, 2006) yang
menyatakan bahwa ada dua set utama yang mempengaruhi performa
underachiever, yaitu (a) faktor emosi dan motivasi, dan (b) faktor yang
berhubungan dengan strategi belajar. McClelland dan rekannya percaya bahwa
ketika faktor-faktor pada kedua set tersebut berkombinasi dan saling
berinteraksi, bisa menjadi konsekuensi yang paling kuat untuk mencegah siswa
menjadi underachiever (dalam oxfordbrooks.ac.uk, 2006).
a) Faktor yang berkaitan dengan Strategi Belajar
Berikut merupakan faktor yang berhubungan dengan bagaimana
indvidu belajar yang dikemukakan McClelland, Yewchuk dan Mulcahy (dalam
oxfordbrooks.ac.uk, 2006)
1. Tidak bisa menampilkan performa yang baik dalam situasi tes.
2. Meraih prestasi dibawah harapan dalam salah satu pelajaran,
sebagian atau keseluruhannya.
3. Mengumpulkan tugas yang belum selesai atau yang dikerjakan
secara asal-asalan.
4. Menghindari untuk mencoba hal-hal baru.
5. Mempunyai kecenderungan perfeksionis dan
self-critism.
6. Kesulitan untuk bekerja dalam kelompok.
7. Membuat tujuan yang tidak realistis, terlau tinggi atau
terlalu rendah.
8. Tidak menyukai kegiatan yang membutuhkan latihan teratur,
mengingat dan yang membutuhkan penguasaan keahlian tertentu.
9. Sulit untuk memberikan atensi dan berkonsentrasi dalam
tugas.
10. Sulit menjalin dan mempertahankan hubungan persahabatan
dengan teman-teman sebayanya.
Salah satu penyebab utama anak menjadi underachiever
ialah cara kita membimbing anak kita baik di rumah maupun di sekolah. Kita
menggunakan memakai metode one size fits all ( atau dalam ukuran baju
disebut free size atau all size).
5
Artinya anak dipaksakan mengikuti sistem yang ada. Misalnya,
guru mengatakan bahwa kurikulum sudah demikian maka anak harus mengikutinya
begitu.
Orang tua juga hanya menurut guru dan berkata pada anak,” Apa
yang dikatakan guru sudah bagus. Kamu harus ikut sistem sekolah!” Prestasi anak
menjadi rendah, namun tidak pernah terpikirkan bahwa mungkin caranya yang salah,
bukan anaknya.
Lalu bagaimana solusinya? Anak-anak underachiever butuh
curahan kasih sayang yang lebih. Orang tua dan para pendidik perlu menerima anak
apa adanya. Untuk mengatasi metode one size fits allkita butuh program
yang sangat spesifik untuk tiap-tiap anak. Penting sekali bagi kita untuk
mengenali keunikan anak sehingga kita bisa menciptakan lingkungan yang
menjamin kesuksesan bagi tiap anak.
Munculnya underachiever tidak serta merta dengan
sendirinya. Ada beberapa faktor yang berpotensi menjadi
penyebab underachiever. Berdasarkan kajian teori yang peneliti lakukan,
diasumsikan beberapa faktor penyebab underachiever, yaitu kondisi fisik,
keadaan psikis, keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat. Faktor-faktor
tersebut nantinya menjadi fokus dalam penelitian ini.
b) Kondisi Fisik
Seperti yang diungkapkan Semiawan (2004) (www.smp.alkausar.org) bahwa
”faktor-faktor penyebab underachieveryang berasal dari sisi fisik
misalnya anak mengalami sakit, ada gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
atau ada cacat fisik”. Hal-hal tersebut sangat mungkin menganggu proses belajar
anak sehingga prestasinya tidak bisa menggambarkan kemampuannya.
Meliala (2006) (www.ditplb.or.id) menambahkan bahwa
“kondisi fisik yang bisa menyebabkan siswa underachiever misalnya anak
mengalami sakit, ada gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau ada cacat
fisik lainnya”. Hal-hal tersebut sangat mungkin menganggu proses belajar anak
sehingga prestasinya yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya.
c) Kondisi Psikis
Selain kondisi fisik, kondisi psikis juga berpeluang menjadi
faktor penyebab munculnya underachiever. Beberapa ahli mengungkapkan
pendapat mengenai kondisi piskis yang rentan menjadi
penyebab underachiever.
Menurut Munandar (2004: 241) ada beberapa kerentanan yang dapat
menyebabkan seseorang menjadi underachiever, yaitu:
1. Perfeksionisme, yaitu dorongan untuk mencapai
kesempurnaan.
2. Supersensitivity, yaitu kepekaan yang berlebih.
3. Kurang keterampilan sosial.
6
Hawadi (2004: 73) menyebutkan faktor-faktor kepribadian yang
bisa menyebabkan
siswa underachiever seperti perfectionism, terlalu sensitif, tidak
berdaya guna dalam keterampilan sosial, malu dan rendah diri karena berbeda
dengan siswa lain, tidak percaya diri, dan terlalu banyak kegiatan.
Clark (1992: 472) juga menyebutkan kondisi pribadi anak yang
berpotensi menyebabkan underachiever, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya tekanan dalam diri sendiri untuk mencapai
kesempurnaan.
2. Memiliki sensitivitas yang tinggi.
3. Kurangnya kemampuan sosial.
4. Merasa tertekan karena dianggap berbeda dengan anak lain,
sehingga dikucilkan.
5. Merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolah.
6. Kurang sesuai dengan cara mengajar guru.
7. Kurang nyaman dengan lingkungan kelas.
8. Terlalu banyak minat terhadap sesuatu, sehingga sulit fokus.
9. Terlalu banyak kegiatan sehingga tidak bisa memanajemen
kegiatannya sendiri.
a. Faktor Emosi dan Motivasi
Yang termasuk dalam faktor ini adalah (dalam
oxfordbrooks.ac.uk, 2006)
1. Tidak menyadari potensinya, sehingga mereka kurang memahami
dirinya dan orang lain (Buteler-Por, 1987)
2. Mempunyai harapan/target yang terlalu rendah (Montgomery,
1996), sehingga membuat mereka tidak mempunyai tujuan dan nilai yang jelas
(Butler-Por, 1987).
3. Mempunyai self-esteem yang rendah, dan menjadi peka
terhadap penilaian orang lain (Butler-Por, 1987).
4. Pernah mengalami ‘high incident of emotional
difficultiies’ (Pringle, 1970), dan membuat mereka depresi atau cemas
(Butler-Por, 1987).
5. Tidak termotivasi untuk berprestasi di sekolah (Montgomery,
1996).
6. Takut mengalami kegagalan (Montgomery, 1996).
7. Takut mengalami kesuksesan (Montgomery, 1996)
8. Menyalahkan orang lain (Montgomery, 1996)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada siswa yang mempunyai
kecenderungan underachievement akan mengalami self-fullfilling
yang makin memperkuat pola underachievement pada diri mereka. Individu
yang tidak menyadari potensi dirinya akan menjadi lebih tertekan bila diberikan
komentar seperti “kamu bisa melakukannya dengan lebih baik” akan membuat mereka
melajutkan kecenderungan underachievement (oxfordbrooks.ac.uk, 2006).
d) Sosial
a. Keluarga
Berdasarkan beberapa literatur diketahui bahwa orang tua
ternyata berpeluang menjadi faktor penyebab underachiever. Berikut ini
pendapat para ahli yang menyatakan bahwa keluarga sebagai salah satu
penyebab underachiever.
Hawadi (2004: 71) menyatakan bahwa ada beberapa faktor dari
keluarga yang berpotensi menyebabkan siswa underachiever, yaitu:
1. Belajar dan prestasi tidak mendapat penghargaan.
2. Tidak ada sikap positif orang tua terhadap karier anak.
3. Orang tua terlalu dominan dalam belajar anak.
4. Prestasi anak menjadi ancaman kebutuhan superioritas orang
tua.
5. Adanya perebutan kekuasaan dalam keluarga.
6. Status sosial ekonomi yang rendah.
7. Keluarga mengalami disfungsi dengan berbagai alasan.
Munandar (2002: 343) menyebutkan bahwa ada beberapa
kondisi keluarga yang dapat mengakibatkan anaknya
menjadiunderachiever diataranya “keluarga dengan moral rendah, keluarga
terpecah (perceraian atau kematian), perlindungan berlebih dari orang tua, sikap
otoriter, sikap membiarkan atau membolehkan secara berlebih, dan ketidakajegan
sikap orang tua”.
Menurut Rimm dalam Sabili (1998 (www.gwocities.com) ada
beberapa faktor penyebab underachiever yang berasal dari keluarga, yaitu:
1. Perilaku orang tua yang perfectionist.
2. Orang tua terlalu meremehkan kemampuan anak
3. Orang tua kurang perhatian
4. Orang tua bersikap terlalu permisif
5. Konflik keluarga yang serius
6. Orang tua sering mengkritik
7. Orangtua terlalu melindungi (overprotective)
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor penyebab underachiever yang berasal dari keluarga
terdiri dari keutuhan keluarga, sikap dan kebiasaan orang tua, dan kondisi
sosial ekonomi keluarga.
b. Sekolah
Selain faktor keluarga ternyata sekolah juga berpeluang menjadi
salah satu faktor penyebab underachiever. Siswa menghabiskan sebagian
waktunya untuk belajar di sekolah. Oleh sebab itu sekolah berperan dalam
menciptakan siswa berprestasi. Akan tetapi pada kenyataannya sekolah juga
berpotensi menyebabkan siswanya kurang mampu mengembangkan potensi yang
dimiliki.
Seperti yang diungkapkan oleh Hawadi (2004: 70) bahwa terdapat
beberapa faktor sekolah yang menjadi penyebab underachiever, yaitu
sebagai berikut:
7
1. Lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan
penghargaan terhadap keberhasilan akademik.
2. Kurikulum tidak cocok dengan siswa.
3. Lingkungan kelas yang kaku dan otoriter.
4. Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual.
5. Gaya belajar siswa yang tidak cocok dengan cara mengajar
guru.
Selain itu Clark (1992: 475) juga menyebutkan beberapa kondisi
lingkungan sekolah yang menjadi salah satu faktor penyebab
munculnya underachiever, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak adanya pengelompokan khusus bagi anak biasa dan anak
berbakat tetapi cenderung dicampur dalam satu kelas.
2. Lingkungan sosial sekolah yang tidak mendukung terpenuhinya
kebutuhan anak berbakat.
3. Lingkungan kelas yang kaku.
4. Prestasi akademik siswa kurang mendapat perhatian sekolah.
5. Lingkungan kelas yang terlalu menunjukan kompetisi bagi
siswanya dan terlalu kritis.
e) Teman Sebaya
Teman sebaya siswa berbakat ternyata juga berpotensi
menyebabkan underachiever. Menurut Runikasari (2008 (www.lptui.com) “salah pilih teman juga
bisa menyebabkan seorang remaja menjadi underachiever”. Pada usia remaja,
teman menjadi segalanya bagi mereka, sehingga sangat sulit menolak pengaruh dari
teman. Ketika berteman dengan anak-anak yang kurang memperhatikan prestasi, maka
akan membuat siswa juga malas belajar. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
ketakutan ditinggalkan teman, sehingga mereka lebih baik mengalahkan prestasi
belajar daripada pertemanannya.
Berdasarkan penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab underachiever yang berasal teman sebaya terdiri dari:
1. Keberadaan teman sebaya yang memiliki kesamaan minat dan
bakat untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya.
2. Keterlibatan dalam kegiatan yang dilaksanakan bersama
kelompok sebaya.
f) Masyarakat
Menurut Hawadi (2004: 72) lingkungan sekitar tempat tinggal
siswa berbakat juga berpotensi menjadi salah satu penyebab
underachiever. Adanya harapan dari lingkungan sekitar yang menuntut anak
berbakat harus memiliki prestasi yang baik dalam segala bidang, terkadang
membuat anak justru merasa terbebani. Akibatnya anak berbakat yang seharusnya
mampu menunjukan prestasi tinggi sesuai dengan tingkat kecerdasan, justru
menunjukan hal yang sebaliknya. Prestasi belajar yang diperoleh bertolak
belakang dengan tingkat kecerdasannya yang tinggi, dan hal ini dikenal
dengan underachievement.
8
E. CARA MENANGANI UNDERACHIEVER
a) Yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Ciptakan gaya hidup sehat dengan membangun harmoni antara
kondisi fisik, mental, dan emosional. Misalnya dengan memberi nutrisi yang baik,
latihan atau olahraga, serta pengelolaan stres.
2. Cari bantuan konseling untuk anak dan seluruh keluarga jika
perlu. Jika seluruh keluarga ikut terlibat konseling, diharapkan perubahan dapat
lebih cepat terjadi karena dukungan dari seluruh keluarga. Perubahan perilaku
bukan hanya dari anak tetapi juga perubahan perlakuan anggota keluarga yang lain
terhadap anak.
3. Cari guru pembimbing untuk membantu anak mengatasi kelemahan
dalam pelajaran-pelajaran tertentu.
4. Komunikasikan harapan yang tinggi terhadap anak dengan rasa
cinta, penuh pujian, kebanggaan dan respek.
5. Adakan pertemuan keluarga untuk menetapkan target jangka
pendek dan jangka panjang dan membuat aturan-aturannya, serta buatlah semacam
“kontrak” (kesepakatan bersama).
6. Jadikan keluarga sebagai sistem pendukung dan unit pemecahan
masalah yang bermanfaat bagi anak, dipandu orangtua yang menjalankan peran
pemimpin tapi berbasis cinta.
7. Menekankan kerja keras sebagai kunci sukses, dengan usaha
individual, motivasi dari dalam diri, komitmen dan kepercayaan diri sebagai
resep keberhasilan.
8. Rancang waktu-waktu beraktivitas di sekitar rumah selama 25
– 35 jam per minggu (misalnya membaca, melakukan hobi, olahraga, dan lain-lain)
dan mengeksplorasi lingkungan bersama-sama sebagai sumber belajar.
9. Cobalah untuk tertarik pada aktivitas anak di sekolah dan di
rumah. Dorong anak untuk menceritakan aktivitas mereka.
10. Jangan membandingkan antar saudara, pandang setiap anak
sebagai individu yang memiliki keunikan kualitas dan kemampuan.
11. Bantu anak mengelola waktu dan menetapkan prioritas.
12. Dorong anak untuk memiliki minat di luar sekolah. Ketika
hasil belajarnya buruk, jangan cepat-cepat menuding kegiatan luar sekolah
sebagai sumber masalah dan menghukum anak untuk tidak boleh lagi berkegiatan.
13. Bantu anak mendapatkan mentor/pembimbing yang dapat menjadi
model menyangkut suatu karier atau kualitas personal yang diinginkan. Misalnya,
bukakan jalinan interaksi dengan paman yang bisa menjadi model peran, atau Anda
sendiri yang berusaha untuk dapat menjadi model bagi anak.
14. Batasi waktu menonton TV dengan membuat
kesepakatan-kesepakatan yang realistis.
15. Konsisten dan tenang menghadapi naik turunnya prestasi
anak, fokuskan pada masalah, jangan bertindak emosional.
9
b) Yang Dapat Dilakukan Orangtua Bersama dengan
Sekolah
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua
untuk menjalin kerjasama dengan guru dalam mengatasi masalah anak
underachiever:
1. Berkonsultasi secara berkala dengan guru-guru untuk
memonitor perkembangan prestasi anak.
2. Terlibatlah dalam aktivitas sekolah, Anda akan bisa lebih
mengerti apa yang diharapkan sekolah dari siswa-siswanya dan bagaimana mereka
memperlakukan siswa.
3. Pastikan bahwa guru anak Anda ikut menyadari adanya
masalahunderachievement ini dan akan melakukan usaha untuk mengarahkan
anak Anda.
4. Pastikan anak Anda bisa mengikuti kelas remedial atau
konseling individual/kelompok jika diperlukan.
5. Tanyakan pada pihak sekolah apakah ada cara belajar tertentu
di sekolah yang mesti dikuasai anak ; dan jika ada, usaha apa yang dilakukan
sekolah untuk mengajarkannya, dan apa dukungan yang bisa diberikan orangtua di
rumah.
6. Tanyakan pada pihak sekolah apa saja yang mereka lakukan
agar kurikulumnya menantang, bermakna secara personal, dan rewardinguntuk
anak.
Kembangkan terus kerjasama dengan pihak sekolah yang
disesuaikan dengan permasalahan spesifik anak. Kerjasama dengan sekolah
merupakan suatu hal yang patut dan berharga untuk dibangun oleh orangtua dalam
mengoptimalkan prestasi anak, baik secara akademik maupun non akademik sesuai
dengan bakat dan minat anak.
Sementara itu jangan lupa untuk terus melakukan perbaikan
internal di dalam rumah yang dapat lebih mendorong anak untuk mau berprestasi.
Sesuaikan dengan kondisi perkembangan psikologis anak terutama remaja yang
sedang berada dalam masa perubahan dari anak-anak menjadi dewasa. Komunikasikan
usaha-usaha yang dilakukan orangtua dengan sekolah sehingga tidak ada salah satu
pihak yang merasa disalahkan sebagai penyebab anak menjadi underachiever. Bagi
para orangtua, kenali secara dini gejala underachiever ini. Cari
informasi tentang minat dan bakat anak yang sesungguhnya untuk bisa mengetahui
apakah prestasi sekolahnya sudah optimal.
F. CARA ANAK MENUNJUKKAN DIRINYA
Berikut ini merupakan berbagai macam cara anak menunjukkan
diri mereka kepada dunia:
a. Performer
Anak performer senang jadi pusat perhatian dan spontan,
misalnya sering jadi ‘badut’ kelas. Mereka juga aktif, kompetitif, suka
tantangan dan suka adu argument dengan orang tua. Selain itu anak performer suka
pelajaran yang fun, yang menyenangkan, dan relevan dengan kehidupannya
sehari-hari. Untuk mengajar mereka, pelajaran harus bervariasi dan sebisa
mungkin libatkan mereka untuk terjun langsung dalam belajar (hands on).
Anak-anak demikianlah yang sering disebut anak-anak sulit atau
bandel di sekolah. Karena sering membuat keonaran, hal-hal yang lucu, memberi
komentar-komentar yang tidak pada tempatnya, merekalah yang paling sering
menyulitkan guru dan orang tua. Mereka suka materi yang singkat dan to the
point. Juga responsif jika belajar dengan game; Mereka butuh waktu
yang bebas. Anak seperti ini tidak bisa diberlakukan jadwal yang begitu padat.
10
b. Produser
Mereka adalah anak efisien yang paling disayang oleh guru dan
orang tua. Kalau Anda memiliki anak seperti ini rasanya tenang sekali. Ia
tertib, suka membuat rencana dan aturan atau hal-hal terstruktur. Anak-anak ini
sangat produktif. Nilai-nilai ulangan anak produser juga biasanya bagus. Dengan
sifat-sifat rajin, fokus, rapi, tertib, maka tidak heran bila mereka disayang
orang tua.
c. Penemu
Anak dengan disposisi ini merupakan anak yang cerdas. Banyak
bertanya dan tangannya terampil, suka otak-atik. Ia suka menyendiri, suka
berpikir secara konkrit. Dalam memecahkan masalah sehari-hari (riil)
mereka bagus sekali.
Mereka butuh stimulus intelektual. Artinya mereka perlu diajak
bicara cukup ‘tinggi’ pada level pengetahuannya. Orang tua perlu memberi
kesempatan agar mereka bisa menyumbangkan kemampuan mereka.
d. Pencipta dan
Pemikir.
Anak-anak ini memiliki imajinasi yang tinggi, sering melamun.
Bedanya dengan anak penemu tadi ialah, anak pencipta suka berpikir
abstrak. Anak tipe ini bisa mengaitkan konsep abstrak, bahwa anak yang
mendapat kasih sayang dari ke dua orang tua lebih beruntung dari
binatang-binatang yang punya satu orang tua atau tidak punya orang tua.
Anak pencipta dan pemikir juga senang bertanya dan terbuka
dengan ide yang baru. Berorientasi pada ide, mereka senang menyendiri untuk
berpikir. Anak ini perlu penyaluran ide-ide baru yang diciptakannya. Di rumah,
dia butuh waktu untuk menyendiri. Jangan beri jadwal yang padat.
e. Sosial dan Inspirator
Ibu Theresia dan Marthin Luther King ialah contoh orang dengan
disposisi ini. Individu yang bersifat sosial dan yang memberi inspirasi bagi
lingkungannya. Anak sosial paham dan peduli dengan perasaan orang lain. Mereka
sangat efektif bekerja dalam kelompok karena tidak egois. Anak ini menciptakan
kerjasama dalam kelompok dan biasanya menjadi leader.
Sifat lain adalah adil, penolong dan rela berkorban. Dalam hal
rela berkorban ini, sebagai orang tua, kita perlu membantu anak untuk mengatakan
‘tidak’ kepada teman-temannya. Ia biasanya ‘diperbudak’ oleh teman-temannya
karena terlalu baik hati.
Anak ini sangat people-oriented, cinta harmoni - dalam
arti tidak suka menentang orang lain. Suka ngobrol. Hal-hal yang perlu kita
lakukan ialah memberi kesempatan dia menolong orang lain, namun ajari dia untuk
tidak terlalu larut dalam menolong orang itu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah
dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya karakteristik yang ditunjukkan
siswa underachiever, yaitu sebagai berikut : (1) Menunjukkan prestasi yang
berlawanan dengan harapan atau potensi yang dimilikinya. (2) Merasa tidak senang
dengan sekolah atau gurunya dan cenderung bergabung dengan teman yang juga
memiliki sikap negatif terhadap sekolah . (3) Kurang termotivasi untuk belajar,
tidak mengerjakan tugas. (4) Kurang mampu melakukan penyesuaian intelektual. (5)
Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut di kelas. (6) Memiliki
disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan mengerjakan tugas, dan mudah
terpengaruh. (7) Tidak memiliki hobi atau minta terhadap kegiatan untuk mengisi
waktu luang. Hambatan yang dialami pada siswa underachiever hakikatnya lebih
bersifat perilaku, oleh sebab itu kepekaan, ketulusan, dan kepiawaian dalam
mengorganisir dan memperdayakan potensi, merupakan dasar utama dalam rangka
memberikan layanannya. Ada dua aspek penting yang harus mendapatkan perhatian
khusus dalam upaya layanan ini yaitu penggalian potensi dan pemahaman terhadap
hambatan alam perilaku.
3.2 SARAN
Semoga dengan pemahaman yang kami buat dengan sederhana
ini, kita bisa mengerti hakikat Underachiever Dalam belajar, dan dapat memahami
dan mengetahui sebab akibat underachiever ini terjadi kepada siswa serta dapat
memberikan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
12
Semoga Bermanfaat Gan …
Share this post : |