INS KAYUTANAM DALAM TANTANGAN ZAMAN ...
PENDAHULUAN
A.
Rasional
Pemberlakuan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menurut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat
sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralistik pengelolaan
pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun
kurikulumnya mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
dan pasal 35, mengenai Standar Nasional Pendidikan.
Merujuk kepada UU No. 20/2003
tentang Sisdiknas, pendidikan di Sekolah Menegah Atas (SMA) bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sistem sosial Minangkabau yang dicanangkan oleh Datuk Perpatih dan Sabatang serta Datuk Ketumanggungan menghasilkan konsep “Tigo Tungku Sajarangan” yang bermuara pada tata pemerintahan yang dikenal dengan adanya ; “Raja Adat, Raja Ibadat, dan Raja Alam”. Konsep ini berisikan antara lain musyawarah untuk menyelesaikan masalah (buliek aie kano pambuluah, buliek kato kano mufakat). Konsep ini telah membentuk kepribadian suku Minang menjadi kelompok suku yang demokratis dan egaliter.
B.
Landasan Hukum
1. UU. No.20 Tahun 2003,
tentang pendidikan (Pasal 12 ayat 1 butir b, Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan
2. PP No.19/2005
tentang Standar Nasonal Pendidikan (Bab IV pasal 19, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik”.
C.
Latar Belakang
SMA INS Kayutanam yang berdiri pada
tanggal 31 Oktober 1926 oleh Engku M. Sjafe’I
merupakan sekolah kenamaan yang terkenal dengan konsep pendidikan
berkarakternya. Sekolah ini mengembangkan proses pembelajaran yang berbeda dengan
sekolah pada umumnya, yaitu pendidikan Otak, Hati dan Tangan. Disini diharapkan
akan memunculkan generasi anak bangsa
yang akan siap terjun ke tengah masyarakat dengan berbagai skill yang
telah dimiliki.
Namun tidak hanya itu, dalam Buku Dasar-Dasar Pendidikan, kita bisa mengetahui bahwa Engku M.Sjafe’i (wikipedia) selalu menekankan pendidikan spiritual/ketuhanan. Dimana segala macam pengajaran yang dilakukan selalu dikaitkan dengan Sang Khaliq , Allah SWT. Jika pola ini diterapkan dengan optimal, maka anak didik akan mengenal siapa tuhan-Nya, tidak hanya ia beragama karena keturunan, tapi ia mengetahui bagaimana Maha Kuasa-Nya Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini.
Disini penulis ingin menyampaikan suatu gagasan. Hal ini dilatarbelakangi oleh rasa tanggung jawab yang besar sebagai alumni/lulusan sekolah tersebut dan mengkritisi realita yang pernah dialami penulis selama menimba ilmu disana.
“Jangan minta buah mangga kepada pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon berbuah manis” (Engku M.Sjafe’I,1926). Setiap insan memiliki talenta yang berbeda. Ini adalah ungkapan yang mengakui adanya keragaman pada diri manusia. Oleh karena itu, dasar pendidikan di INS Kayutanam ini adalah mendorong tumbuh dan berkembangnya bakat bawaan (talenta), kreatifitas, dan kemandirian pada diri peserta didik. Ini yang “membedakan” pendidikan menengah di INS dengan pendidikan menengah yang kita kenal sebagai Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kita ketahui hal tersebut memiliki makna filosofi yang tinggi, namun fakta dilapangan tidak demikian. Sekolah bisa dikatakan belum berhasil untuk menjadikan peserta didik menjadi pohon yang memiliki buah manis, tapi ia hanya menjadi pohon yang memiliki buah rasa asam-manis atau pahit-manis. Singkatnya , peserta didik hanya memiliki bekal otak setengah, tangan setengah, dan hati setengah.
Kesimpulannya adalah manfaatkan energi dan waktu siswa untuk mengembangkan mesin kecerdasannya sendiri. Cukup fokus pada hanya 1 (satu) mesin kecerdasan. Jenis kecerdasan yang lainnya tidak perlu didesain tersendiri, cukup manfaatkan proses interaksi sosial dan belajar mengembangkannya secara alamiah (in-promp-to). Jika desain hidupnya sudah fokus pada kekuatan utamanya, maka otomatis akan lebih mudah sukses. Tidak hanya itu mereka pun akan merasa enjoy, karena apa yang mereka kerjakan tersebut adalah panggilan jiwa. Konsep tentang fokus pada hanya 1 (satu) mesin kecerdasan saja itu pun pada dasarnya ilmiah, karena pakar psikoanalisis Carl Gustaav Jung berpendapat bahwa diantara semua fungsi dasar (sekarang kami sebut dengan istilah lain yaitu mesin kecerdasan) hanya ada satu yang dominan. Memang betul dalam riset lainnya, dikatakan bahwa ada 3% populasi orang yang dapat mengembangkan semua mesin kecerdasan sama baiknya. Dalam kaedah ini kami bukan memilih cara yang 3% karena itu susah dan rumit, tetapi memilih cara yang kebanyakan orang berpeluang mampu melaluinya yaitu cara yang 97% dengan cukup berfokus kepada 1 (satu) mesin kecerdasan saja. Maka pilihlah cara hidup yang tidak rumit, tetapi efektif.
Semua orang perlu bisa baca-tulis-hitung.
Betul, tetapi apakah semua orang perlu jadi bintang pelajar ? Maka janganlah latah
dan ikut-ikutan dalam mendesain hidup mereka. Jalan yang ditempuh kebanyakan
orang itu adalah jalan yang panjang, berliku, melelahkan, dan belum tentu
berhasil.
“Engkau Jadilah Engkau” (Engku M.Sjafe’I,1926). Engkau yang bagaimana ? Apakah engkau yang harus merasa terpaksa mengikuti keterampilan/sanggar/akademis. Kita harus sadari, bahwa manusia dalam hidupnya hanya memiliki belahan otak yang dominan . Otak manusia dominan terhadap beberapa bidang yang terkait.
“Tigo Tungku Sajarangan”(pepatah Minangkabau), yaitu tiga tungku yang seimbang dan tidak terpisah satu sama lain. Ketiga “tungku” inilah yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kehidupan intelektual dan talenta di lingkungan INS Kayutanam sehingga akan menoreh segudang prestasi.
Jika filosofi kita kaitkan dengan tiga aspek pendidikan yang ada di INS Kayutanam. Maka kita akan memahami suatu keterkaitan antara INS Kayutanam dengan budaya alam Minangkabau. Otak, hati, dan tangan kita misalkan tigo tungku sajarangan dan periuknya adalah INS yang memliki arti bahwa INS dibangun oleh 3 pilar pendidikan. Tidak bisa diabaikan satu pun diantara 3 tungku tersebut. Namun pertanyaannya, tungku yang bagaimana yang seharusnya menjadi pondasi INS tersebut ? Tentu tungku yang kuat, namun selama ini, tungku yang menjadi tumpuan adalah tungku yang rapuh atau lemah. Maka periuk diatasnya tidak akan kokoh diterpa angin atau semisalnya.
“Lebih Baik Menjadi Kepala Semut daripada ekor Gajah” (Engku M.Sjafe’I,1926). Hal ini hanya dapat terwujud di saat peserta didik memiliki rasa percaya diri. Bagaimana membangunnya ? yaitu dengan membekali suatu pengetahuan/skill yang kuat dan matang sehingga akan percaya diri menjadi yang terdepan dalam situasi apapun. Realitanya, kebanyakan peserta didik akan merasa minder saat berhadapan dengan sekolah lain, malah dia tidak percaya diri menyebutkan dimana ia bersekolah.
Dahulu INS Kayutanam memang terkenal di tingkat Nasional bahkan Mancanegara. Peserta didiknya handal dalam berbagai kemampuan yang dimilikinya, terutama di bidang workshop atau kesenian. Tapi belakangan ini, kita bisa lihat bahwa sekolah-sekolah lain di luar sana juga sudah memiliki keterampilan yang baik bahkan ia terasa melampaui kita. Padahal INS Kayutanam adalah induknya. Bagaimana INS Kayutanam ke depannya ?
INS Kayutanam selayaknya menjadi sekolah terbaik Nasional, jika berhasil dalam memanajamen/mengelola system pendidikan yang di konsep oleh Engku M.Sjafe’i. Penulis pikir pemikiran Engku M.Sjafe’I masih relevan hingga saat ini. Namun, selama penulis dahulu menjadi siswa disana, penulis melihat bahwa sangat banyak terjadi pemborosan biaya pendidikan, banyaknya siswa yang tidak memiliki orientasi, pengajaran yang diberikan oleh guru tidak memiliki orientasi yang jelas, sebagian guru hanya menjadi pengajar bukan pendidik, gagalnya sekolah mengelola potensi dari para alumninya, dsb.
BAB II
Strategi
Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pada
semester I, para siswa harus memilih 3 bidang/jurusan yang diminatinya yaitu
(Akademis,Keterampilan, dan Sanggar). Sasaran pada semester ini adalah agar
pada saat memasuki semester 2, ia dapat memilih salah satu jurusan yang ingin
ditekuni dan dirasa memiliki potensi di bidangnya tersebut.
2. Pada
semester II, para siswa harus memilih salah satu bidang/jurusan yang akan
ditekuninya dan memilih ekstarkurikuler selama menimba ilmu di SMA INS
Kayutanam.
3. Pada
semester III, diperbolehkan adanya transfer prodi dan bidang/jurusan/ekstrakurikuler.
(hanya pada semester III)
4. Akhir
Semester V, akan diadakan Ujian Akhir
yang diadakan oleh sekolah, dimana ujian tersebut meliputi ujian Keterampilan ,
Sanggar, dan Ekstrakurikuler. ( Sekolah dapat memberikan suatu konsekuensi
serius , jika peserta didik gagal dalam ujian tersebut). Dalam semester ini
siswa yang memilih bidang akademis/sanggar/keterampilan harus dapat sukses menghadapi
ujian ini. Jadi, siswa sudah jauh-jauh hari mempersiapkan apa yang akan
diujikan kepada sekolah, misal : harus menampilkan 3 jenis karya kesenian, menampilkan 3 produk keterampilan,
dan lulus pada ujian ekstrakurikuler di bidangnya masing-masing
5. Semester
VI, para siswa mengikuti UAS dan UN
Tujuan 3 Aspek Pendidikan (Intrakurikuler) + Ekstrakurikuler
1. Akademis :
menunjang/memfasilitasi peserta didik yang dominan di bidang akademis. Orientasinya adalah
memenangkan olimpiade/kompetisi/perlombaan sains/soshum/iptek dan bisa lulus
diberbagai PTN di Indonesia
2. Keterampilan : menunjang/memfasilitasi peserta
didik yang memiliki minat dan dominan di bidang keterampilan/workshop. Orientasi :
mengadakan pameran dan dapat memberdayakan berbagai produk menjadi input
financial sekolah, melakukan kreatif dan inovasi produk, menyiapkan para siswa
untuk terjun ke dunia kerja, menyiapkan siswa untuk menembus PTN dengan bidang
keterampilan ( teknik sipil, teknik otomotif, arsitek, dsb)
3. Sanggar/Kesenian : menunjang/memfasilitasi peserta
didik yang memiliki dominan di bidang
seni. Orientasi : memenangakan
berbagai kompetisi daerah/nasional/internasional, melakukan kreatif dan inovasi
kesenian, menyiapkan siswa untuk menembus PTN dengan bidang seni ( Musik,
Sastra, Lukis, dsb)
4. Ekstrakurikuler : menunjang/memfasilitasi
peserta didik yang memiliki minat dan bakat. Orientasi : menunjang soft
skill/hardskill siswa, menjadikan siswa yang aktif dan terampil, mempersiapkan
siswa dalam berbagai even \turnamen. Contoh ekstrakurikuler : Pramuka,
Pertanian, Paskibra, Sepak Bola, Bola Voli, Bola Basket, English Debater Club
(EDC), Japanese Club, PMR, MAPALA, dll. ( Ekstrakurikuler diadakan satu kali
seminggu, dimana waktunya adalah hasil kesepakatan antara guru dan pendidik atau ditentukan oleh
sekolah).
Kumpulan Lagu : Indonesia Subur ( M. Sjafe'i ), Mars INS, Hymne INS
Selengkapnya : Janji Siswa SMA INS Kayutanam
Faktor
Penting Dalam Strategi Pembelajaran
1.
Kualitas guru yang qualified, bertaqwa
kepada Allah SWT, memiliki orientasi
jelas/visioner, bisa sebagai pendidik, punya komitmen, menguasai IPTEK
2. Fasilitas
yang mendukung
Keuntungan dari system pembelajaran ini
1. Anggaran
yang dikeluarkan sekolah akan diserap optimal dan berkualitas (tidak terjadi
pemborosan biaya pendidikan)
2. Akan
memunculkan siswa yang ahli/pakar di bidangnya masing-masing( sekolah menjadi kaya
dengan prestasi)
3. Guru
akan lebih mudah membimbing siswa , karena siswa yang berada di kelasnya adalah
siswa yang bertanggung jawab dan telah memiliki orientasi terhadap pilihannya
4. Masalah
disiplin dapat diminimalisir
5. Dapat
merealisasi filosofi pendidikan Engku M. Sjafe’I dan pepatah Minangkabau
6. Tidak
mengurangi esensi dari konsep pendidikan Engku M. Sjafe’i
7. SMA
INS Kayutanam tetap menerima calon siswa baru tanpa terlalu mementingkan aspek
IQ, ( karena tujuan pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara
8. Mengoptimalkan
terjadinya transfer ilmu antar berbagai bidang berbeda, akan memunculkan inovasi
dan kreatifitas yang tinggi
9. “Sekali mendayung tiga pulau
terlampaui”(pepatah). Menjadikan peserta didik mampu
mengaplikasikan 3 bidang berbeda dengan menguasai salah satu bidang yang
dominan dalam satu periode angkatan yang lulus dari INS Kayutanam.
10. Dll.
Kegiatan sehari-hari siswa
04.30-04.45 Bangun pagi persiapan shalat shubuh
04.45-05.45 Proses
Penempaan Akhlaq Mulia Di Masjid ( Shalat Shubuh Berjama’ah)
05.45-06.00 Senam Pagi
06.00-06.45 Proses Persiapan Akademis
06.45-07.00 Sarapan Pagi
07.00-07.15 Apel Pagi
07.15-12.15 Proses Akademis
12.15-12.45 Proses Penempaan Akhlaq Mulia Di
Masjid ( Shalat Zhuhur Berjama’ah)
12.45-13.00 Makan Siang
13.00-14.00 Persiapan
Akademis/Keterampilan/Sanggar
14.00-14.15 Apel Siang
14.15-15.30 Proses Akademis/Keterampilan/Sanggar
16.00-18.00 Olahraga/Ekstrakurikuler/Mandiri
18.00-18.20 Persiapan Shalat Maghrib
18.20-19.10 Proses
Penempaan Akhlaq Mulia Di Masjid ( Shalat Maghrib Berjama’ah)
19.10-19.30 Makan Malam
19.30-20.00 Shalat Isya’
20.00-21.00 AKM ( Akhlaq Mulia ) / Mandiri / Persiapan Gapai
Cita-Cita ( Belajar )
22.00-04.30 Merangkai Inspirasi Hari Esok
Catatan :
1. Dalam
asrama siswa tidak dikelompokkan secara homogen tetapi heterogen
2. Saat
apel siang dan kegiatan siswa bidang keterampilan harus memakai baju
seragamnya, sedangkan bidang akademis dan kesenian cukup memakai pakaian sopan
dan rapi
Program bulanan, yang bertujuan meninjau/menilai/mengevaluasi adanya kemajuan dalam penerapan system ini, antara lain :
1.
Minggu I : ASA (Apresiasi Seni Aktual)
Dimana sekolah pada program ini meninjau
dan menilai kemajuan di bidang kesenian,
dimana ada penampilan sanggar dan kelas,
dan diwajibkan kepada guru-guru sanggar untuk hadir dalam acara ini. Jadi,
acara ini tidak hanya sebagai hiburan belaka.
2.
Minggu II : Water (Watching
Together)
Pemutaran film/animasi yang memiliki
esensi pendidikan. Kita mengetahui media film adalah salah satu media penunjang
pendidikan, karena kita harus pahami terdapat siswa yang akan lebih efektif
kerja otaknya dengan adanya visual.
3.
Minggu III : Karcis (Karya Cipta Siswa)
Dimana
sekolah pada program ini meninjau dan menilai kemajuan di bidang kesenian. acara
ini berbentuk pameran yang akan sekaligus dijelaskan oleh pembuat karya tersebut. Guru
keterampilan harus hadir. Orientasi : menstimulasi semangat berkarya pada diri
siswa
4.
Minggu IV : Sharing
Untuk melatih dan mengetahui sejauh mana
penalaran,pengetahuan, kepercayaan diri, dan berbagai soft skill lainnya.
5. Pada tiap
akhir semester diumumkan 10 Karya Ilmiah Terbaik dan diberi reward serta
dipersiapkan untuk lomba tingkat kabuapten/propinsi/nasional. Apa tujuan dari Program
Karya ilmiah ini ? Lulusan INS Kayutanam
dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management
skill, dan communication skill. Kekurangan atas salah satu dari ke
empat keterampilan/kemahiran tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
mutu lulusan. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam
kecepatan menemukan solusi atas persoalan-persoalan atau tantangan-tantangan
yang dihadapinya. Perilaku dan pemikiran yang ditunjukkan akan bersifat konstruktif
realistis, artinya kreatif (unik dan bermanfaat) serta dapat diwujudkan.
Kemampuan berpikir dan bertindak kreatif pada hakekatnya dapat dilakukan setiap
manusia apalagi yang menikmati jenjang pendidikan.
Kreativitas merupakan penjelmaan integratif
dari tiga faktor utama dalam diri manusia, yaitu: pikiran, perasaan, dan
keterampilan. Dalam faktor pikiran terdapat imajinasi, pesepsi dan nalar.
Faktor perasaan terdiri dari emosi, estetika dan harmonisasi. Sedangkan
faktor keterampilan mengandung bakat, faal tubuh dan pengalaman. Dengan
demikian, agar siswa dapat mencapai level kreatif, ketiga factor termaksud
diupayakan agar optimal dalam sebuah kegiatan tersebut. Sehingga sekolah akan
mengetahui adanya sinergitas berbagai bidang dan transfer ilmu antar bidang di
kalangan siswa.
Teknisnya adalah satu kelompok karya ilmiah akan ada
guru pembimbing. Dimana guru pembimbing maksimal membimbing 5 kelompok. Dan
dalam satu kelompok maksimal terdiri dari 5 orang, serta sangatlah dianjurkan
berbeda jurusan/tahun masuk.
Baca Selengkapnya : Solusi Cerdas Mengatasi Permasalahan Siswa dengan Tes Sidik Jari ( STIFIn Fingerprint Test )
BAB
III
PENUTUP
Akhirnya kepada Allah, tuhan penguasa alam semesta.
Kami memanjatkan rasa syukur karena telah berhasil mewujudkan gagasan ini. Semoga
semua ini ikut menjadi pupuk, membangkitkan dan menyuburkan pendidikan di bumi
tercinta sebagai semangat “ Mambangkik Batang Tarandam”.